Abstrak
Tulisan ini mengangkat arsitektur Masjid vernakular, yang selama ini telah di’marjinal’kan dalam ranah diskusi akademis. Sebagai wujud karya masyarakat biasa (low-culture), semestinya terakui sebagai bagian rumpun arsitektur Nusantara. Persoalan ke-estetika-an wujud Masjid menjadi fokus telaah melalui ke-proporsi-an komponen-komponen pembentuk gugusnya. Dasar telaahnya, selain pemahaman tentang esensi ke-vernakular-an, perlu pemahaman pula sisi ke-tektonika-annya, tradisi arsitektur (Masjid) Jawa dan kaidah proporsi Golden Section (Phi). Pilihan proporsi ini diyakini sebagai bagian kaidah
estetika bentuk yang tak memihak karena sifat ke-universal-annya (fenomena harmoni
alam). Pendekatan studinya bersandar pada : ke-ciri-an vernakular (Jawa), potret visual dan numerik (pengukuran dimensi) obyek. Potret visual dan numerik merupakan database rujukan untuk me-rekonstruksi-kan gugus obyek ke data grafis dan angka. Analisis pengukuran rasio ke-proporsi-annya dibantu perangkat lunak Phimatrix yang berbasis 1: Phi (1:1,618). Temuan studi berupa besaran (%) potensial terhadap nilai Phi, yang dimiliki gugus wujud Masjid Baitul Hakim sebagai kasus. Implikasi temuannya bisa menjadi referensi awal (hipotesis), bahwa perwujudan karya arsitektur Masjid vernakular (Jawa/ low culture), potensial terhadap proporsi Golden Section (Phi). Referensi ini tentunya masih perlu didalami dengan peneltian lanjutan, termasuk karya Masjid vernakular lain yang dikreasi oleh kalangan ‘priyayi’ (high-culture)?
Kata Kunci : Arsitektur Vernakular, Arsitektur Masjid (Jawa), Proporsi, Golden Section (Phi)
|