Kajian
tentang Kearifan lokal tidak akan pernah kering dan usang dimakan waktu. Hal
ini membuktikan bahwa pengetahuan local telah teruji sepanjang sejarah
keberadaannya. Sehingga banyakyang mengharapkan dan meyakininya bahwa
nilai-nilai dan pengetahuan local yang terkandung dalam setiap
"produk budaya” suatu komunitas, menjadi sangat signifikan untuk dipelajari. Walaupun demikian tidak sedikit yang memandang
bahwa nilai-nilai local yang identik dengan budaya tradisional merupakan hal
yang dianggap kuno dan tidak layak dipertahankan. Hal ini mungkin diakibatkan
dari kurang atau bahkan tidak adanya pemahaman dan/atau pengetahuan atas
nilai-nilai (estetika, keilmuan,
cultural, social dan nilai lokalitas/keunikan) yang dikandung. Pada Edisi 3 ini
Redaksi mencoba untuk memuat sub topik yang bisa mewakili kajian potensi
nilai-nilai kearifan local, alternative penerapan dalam memecahkan masalah
kekinian dan strategi penerapannya.
1.Kearifan Lokal Dalam Penyelesaian
Struktur Dan Konstruksi Rumah Rakit Di Sungai Musi - Palembang
2.Mempertahankam
Kearifan Lokal Rumoh Aceh dalam dinamika Kehidupan Masyarakat Pasca Gempa dan
tsunami.
3.Perkampung Tua Di Tengah Kota; Upaya Mewujudkan Kawasan
Bantaran Sungai Sebagai Kawasan Budaya Berjatidiri
4.Penerapan
Konsep Trihita Karana Pada Struktur Lansekap Sawah Teras Sistem Subak Di Bali
Dan Pengembangannya Sebagai Obyek Wisata
5.Penerapan
Kearifan Lokal Melalui Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Kota Pasca
Bencana; Studi Kasus Kota Teluk Dalam Nias Selatan
Walaupun
tidak dalam objek kajian yang sama, tetapi paling tidak dapat memberikan
gambaran alternative atas peberapan nilai-nilai local dalam konteks kekinian.
Memang untuk mendapatkan konsep penerapan yang general adalah sangat sulit. Hal
ini dapat semakin memperkuat bahwa nilai-nilai local dapat semakin
"mempertegas” dan memperkuat keunian suatu kawasan/kota jika diangkat
nilai-nilai lokalitasnya.